Penyakit Rabies
Penyakit rabies atau dikenal juga dengan penyakit anjing gila merupakan
salah satu penyakit zoonosa (penyakit
hewan yang dapat menular ke manusia) dan
penyakit hewan menular yang akut dari susunan syarat pusat yang dapat menyerang
hewan berdarah panas serta manusia yang
disebabkan oleh virus rabies
Rabies disebabkan
oleh Rhabdovirus. Virus ini berbentuk
peluru berkapsula dengan ukuran 70x170 nm. Kapsula yang menyelubunginya
tersusun atas peplomer glikoprotein, bahan protein (protein matrix) dan lipoprotein. Penularan rabies biasanya
terjadi melalui gigitan hewan yang telah terinfeksi, pencemaran luka segar atau
selaput lendir dengan saliva atau otak hewan yang telah terinfeksi. Pada kasus
tertentu penularan melalaui udara dapat juga terjadi (Schnurrenberger,1991).
Virus ini berkembang biak dalam kelenjar ludah. Sangat peka terhadap pelarut
yang bersifat alkalis seperti sabun, desinfektan, alkohol, dll. Sistem yang
diserang adalah Sistem syaraf atau nervous system : clinical encephalitis yang
dapat bersifat paralitik / furious dan glandula salivarius : mengandung
sejumlah besar partikel virus yang berada di saliva.
Gejala
Klinis Pada Manusia
-
Diawali dengan demam ringan atau sedang, sakit kepala, nafsu makan
menurun,badan terasa lemah, mual, muntah dan perasaan yang
abnormal pada daerah sekitar gigitan (rasa panas, nyeri berdenyut)
menurun,badan terasa lemah, mual, muntah dan perasaan yang
abnormal pada daerah sekitar gigitan (rasa panas, nyeri berdenyut)
-
Rasa takut yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya, udara dan
suara
suara
-
Air liur dan air mata keluar berlebihan
-
Pupil mata membesar
-
Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan
-
Selanjutnya jika kuman rabies sudah menyerang bagian otak, maka akan
menyebabkan rasa gelisah, kejang-kejang lalu paralisis/ kelemahan
otot-otot (lumpuh) dan akhirnya meninggal dunia
menyebabkan rasa gelisah, kejang-kejang lalu paralisis/ kelemahan
otot-otot (lumpuh) dan akhirnya meninggal dunia
Pengobatan
Langkah-langkah
penanganan dan pengobatan luka gigitan :
1.
Penanganan awal di tempat kejadian
Luka harus
dibersihkan, bisa menggunakan sabun / diterjen dibilas dengan air bersih
mengalir 5 – 10 menit lalu dikeringkan dengan kain atau tissue bersih dan dapat
ditambahkan antiseptik betadin atau pun alkohol 70%. Segera bawa ke tempat
layanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
2.
Di tempat layanan kesehatan (bagi petugas
kesehatan)
Kecuali
hanya tergores di lapisan epidermis dan tak berdarah, sekecil apapun luka itu
harus dilakukan explorasi karena pada luka gigitan, kerusakan jaringan tubuh di
bagian dalam lebih serius dibandingkan dengan luka yang kelihatan di permukaan
kulit. Untuk mempermudah akses, setelah diberikan local anasthesia lakukan
insisi dan pastikan dapat membersihkan luka hingga ke bagian dalam. Pembersihan
dengan bahan iodine bisa dicampur perhidrol (H2O2) 3% dan bilas dengan cairan
NaCl 0,9% dibarengi dengan nekrotomi yakni menghilangkan / memotong jaringan
yang telah mati dan sangat kotor. Luka dibiarkan terbuka, rawat basah dengan
kompres NaCl plus antiseptik dan dievaluasi 1 – 2 hari kemudian.
3.
Untuk luka yang luas dengan banyak gigitan
Torehan atau
insisi dapat diperpanjang karena sangat mungkin kerusakan di bagian dalam
berhubungan antara luka gigitan (bite mark) satu dengan yang lain. Prosedur
pencucian luka sama seperti di atas, namun jika insisi terlalu panjang (lebih
dari 2 cm) penutupan luka dapat saja dijahit longgar menggunakan benang non absorbable
dengan tidak lupa menyisipkan drain ke bagian dalamnya. Drain ini bisa
menggunakan material yang diambilkan dari glove atau handschoon. Dan dibuka
keesokan harinya.
4.
Pemberian vaksin Rabies (untuk kasus resiko
terjangkit Rabies)
Bagi pasien
yang belum pernah menerima vaksinasi ini, setengah dari dosis pemberian vaksin
Rabies disuntikkan di sekitar luka gigitan. Dan pemberiannya diulang pada hari
ke-3, 7, 14 dan hari ke-28 dengan masing-masing dosis 0,5 ml (cell culture
rabies vaccine) tidak dibedakan baik untuk dewasa maupun anak-anak. Pada luka
yang lebih parah -lebih dari satu gigitan dan masuk hingga ke lapisan
subdermal- pemberian vaksin sebaiknya dikombinasi dengan Human Rabies
Immunoglobulin (HRI) cukup pada saat therapy awal saja.
5.
Pemberian obat lain
Disamping
menginjeksi vaksin Rabies, penderita juga diberikan kombinasi obat antibiotika
yang lain untuk mengantisipasi kemungkinan infeksi oleh kuman atau bakteri
jenis lainnya. Ditambahkan juga obat-obat anti-inflamasi dan anti nyeri.
6.
Berikan penjelasan sesuai faktor resiko
Perhatikan
lokasi luka dan jumlah gigitan. Luka yang mengenai bagian tubuh dengan
perkiraan banyak susunan saraf perifer di sekitarnya (misalnya di kepala atau
bagian lain tubuh yang tertutup pakaian) mempunyai resiko lebih tinggi untuk
kemungkinan tertular Rabies.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar