Sabtu, 03 November 2012

KESEHATAN


Penyakit Rabies

Penyakit  rabies atau dikenal  juga dengan penyakit anjing gila merupakan salah satu penyakit zoonosa  (penyakit hewan yang  dapat menular ke manusia) dan penyakit hewan menular yang akut dari susunan syarat pusat yang dapat menyerang hewan  berdarah panas serta manusia yang disebabkan oleh virus rabies

Rabies disebabkan oleh  Rhabdovirus. Virus ini berbentuk peluru berkapsula dengan ukuran 70x170 nm. Kapsula yang menyelubunginya tersusun atas peplomer glikoprotein, bahan protein (protein matrix)  dan lipoprotein. Penularan rabies biasanya terjadi melalui gigitan hewan yang telah terinfeksi, pencemaran luka segar atau selaput lendir dengan saliva atau otak hewan yang telah terinfeksi. Pada kasus tertentu penularan melalaui udara dapat juga terjadi (Schnurrenberger,1991). Virus ini berkembang biak dalam kelenjar ludah. Sangat peka terhadap pelarut yang bersifat alkalis seperti sabun, desinfektan, alkohol, dll. Sistem yang diserang adalah Sistem syaraf atau nervous system : clinical encephalitis yang dapat bersifat paralitik / furious dan glandula salivarius : mengandung sejumlah besar partikel virus yang berada di saliva.
Gejala Klinis Pada Manusia
- Diawali dengan demam ringan atau sedang, sakit kepala, nafsu makan
   menurun,badan terasa lemah, mual, muntah dan perasaan  yang
   abnormal pada daerah sekitar gigitan (rasa panas, nyeri berdenyut)
- Rasa takut yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya, udara dan
   suara
- Air liur dan air mata keluar berlebihan
- Pupil mata membesar
- Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan
- Selanjutnya jika kuman rabies sudah menyerang bagian otak, maka akan
   menyebabkan rasa gelisah,  kejang-kejang lalu paralisis/ kelemahan
   otot-otot (lumpuh) dan akhirnya meninggal dunia
Pengobatan
Langkah-langkah penanganan dan pengobatan luka gigitan :
1.      Penanganan awal di tempat kejadian
Luka harus dibersihkan, bisa menggunakan sabun / diterjen dibilas dengan air bersih mengalir 5 – 10 menit lalu dikeringkan dengan kain atau tissue bersih dan dapat ditambahkan antiseptik betadin atau pun alkohol 70%. Segera bawa ke tempat layanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
2.      Di tempat layanan kesehatan (bagi petugas kesehatan)
Kecuali hanya tergores di lapisan epidermis dan tak berdarah, sekecil apapun luka itu harus dilakukan explorasi karena pada luka gigitan, kerusakan jaringan tubuh di bagian dalam lebih serius dibandingkan dengan luka yang kelihatan di permukaan kulit. Untuk mempermudah akses, setelah diberikan local anasthesia lakukan insisi dan pastikan dapat membersihkan luka hingga ke bagian dalam. Pembersihan dengan bahan iodine bisa dicampur perhidrol (H2O2) 3% dan bilas dengan cairan NaCl 0,9% dibarengi dengan nekrotomi yakni menghilangkan / memotong jaringan yang telah mati dan sangat kotor. Luka dibiarkan terbuka, rawat basah dengan kompres NaCl plus antiseptik dan dievaluasi 1 – 2 hari kemudian.
3.      Untuk luka yang luas dengan banyak gigitan
Torehan atau insisi dapat diperpanjang karena sangat mungkin kerusakan di bagian dalam berhubungan antara luka gigitan (bite mark) satu dengan yang lain. Prosedur pencucian luka sama seperti di atas, namun jika insisi terlalu panjang (lebih dari 2 cm) penutupan luka dapat saja dijahit longgar menggunakan benang non absorbable dengan tidak lupa menyisipkan drain ke bagian dalamnya. Drain ini bisa menggunakan material yang diambilkan dari glove atau handschoon. Dan dibuka keesokan harinya.
4.      Pemberian vaksin Rabies (untuk kasus resiko terjangkit Rabies)
Bagi pasien yang belum pernah menerima vaksinasi ini, setengah dari dosis pemberian vaksin Rabies disuntikkan di sekitar luka gigitan. Dan pemberiannya diulang pada hari ke-3, 7, 14 dan hari ke-28 dengan masing-masing dosis 0,5 ml (cell culture rabies vaccine) tidak dibedakan baik untuk dewasa maupun anak-anak. Pada luka yang lebih parah -lebih dari satu gigitan dan masuk hingga ke lapisan subdermal- pemberian vaksin sebaiknya dikombinasi dengan Human Rabies Immunoglobulin (HRI) cukup pada saat therapy awal saja.
5.      Pemberian obat lain
Disamping menginjeksi vaksin Rabies, penderita juga diberikan kombinasi obat antibiotika yang lain untuk mengantisipasi kemungkinan infeksi oleh kuman atau bakteri jenis lainnya. Ditambahkan juga obat-obat anti-inflamasi dan anti nyeri.
6.      Berikan penjelasan sesuai faktor resiko
Perhatikan lokasi luka dan jumlah gigitan. Luka yang mengenai bagian tubuh dengan perkiraan banyak susunan saraf perifer di sekitarnya (misalnya di kepala atau bagian lain tubuh yang tertutup pakaian) mempunyai resiko lebih tinggi untuk kemungkinan tertular Rabies.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar